Merajut Kekayaan Budaya, Membangun Identitas Bangsa melalui Cinta yang Tulus terhadap Budaya Lokal
Mencintai budaya lokal dengan tulus, sepenuh hati, dan rasa memiliki adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Hal ini merupkan bagian dari identitas diri dan kebanggaan sebagai warga negara.
KrayanNews.Com --Seringkali kita mendengar, cinta tanah air merupakan perasaan yang musti kita miliki sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang merdeka. Demikian juga dengan budaya lokal yang kita miliki. Itulah yang saya sebut, mencintai budaya lokal dengan tulus, penuh dengan rasa memiliki adalah bagaian dari hidup kita, sebagai identitas diri dan kebanggan sebagai anak bangsa.
Budaya lokal Dayak Lundayeh sub Lengilo' di Kalimantan Utara Sumber foto: Sanggar Seni Dayak Ulong Da'a |
Tercatat sampai pada tahun 2024 Indonesia terdiri dari 38 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan empat kepulauan, yaitu Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kepualauan Bangka Belitung, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara (sunda kecil), Pulau Kalimantan, Pulau sulawesi, Kepualauan Maluku, dan Pulau Papua.
Selain itu, Badan Informasi Geospasial (BIG) telah secara resmi menetapkan 17.024 nama pulau di Indonesia, jumlah ini melebihi hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021.
Jumlah
provinsi yang tidak sedikit ini membuat Indonesia memiliki berbagai macam ragam
budayanya. Indonesia juga dikenal sebagai penduduk yang multikultural.
Keberagaman budaya lokal yang tidak ternilai harganya. Sehingga, budaya yang
dimiliki telah menjadi dasar bagi sebagaian besar perilaku yang ada pada setiap
individu, komunitas, maupun organisasi.
Misalnya, salah satu suku yang terus mempertahankan, memperkenalkan, dan merajut budayanya adalah suku Dayak Lundayeh, yang mendiami pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Utara.
Selain suku Dayak Lundayeh, masih ada lagi etnis-etnis Dayak lainnya yang disebut sebagai penduduk asli Kalimantan Utara.
Dalam buku "Kaltara
Rumah Kita”, ditulis Dr Yansen TP.M.Si, menguraikan “ Pada mulanya penduduk asli Kalimantan Utara
yang dulu terdiri dari etnis Dayak, Tidung, dan Bulungan. Etnis Dayak jika
dipilah lagi sesuai sub dan atau puaknya, Suku Bangsa Dayak terdiri atas
berbagai sub suku, yaitu: Dayak Kayan, Dayak Lundayeh, Dayak Kenyah, Dayak
Punan, Dayak Berusu, Dayak Tahol, Dayak Tingalan, Dayak Sa’ben, Dayak Abai. Dan
jika kita mau mempelajari lebih dalam dari ciri yang lebih spesifik lagi, maka
sub suku Dayak ini dapat dipilih atau dikelompokan lagi kedalam Puak Sub Suku
(Yansen, 2020)”
Peran generasi muda untuk mengembangkan budaya lokal. Sumber foto: Sanggar Seni Dayak Ulong Da'a |
Berbicara tentang sikap cinta budaya dan adat. Harus terus menerus di tanamkan pada setiap generasi. Sekalipun berada di dalam dan luar negeri ikatan kebersamaan itu tidak boleh pudar. Justru kesempatan itu dapat ditujukan dengan memperkenalkan budaya kepada bangsa atau masyarakat luas.
Pagi ini, saya membuka facebook, dan melihat postingan bang Gevin Rupan So, dengan foto lengkap atribut Dayak Lundayeh, “Bangga jadi anak adi Lundayeh.” Tulisnya.
Anak muda Dayak Lundayeh dengan atribut lokal Foto: Gevin Rupan |
Ruma’ Kubu, Lawa Fudut Adat Lun Patar Dita’, Lundayeh, Tana’
Payeh. Tempat dimana kita dapat belajar memahami nilai-nilai budaya Dayak
Lundayeh. Saya kalau pulang ke kampung, sedapatnya menyempatkan diri untuk
datang dan belajar di Ruma’ Kubu. Ketemu langsung disambut ramah, bapak
Ellyas Yesaya, Ketua Cultural Field School (CFS), FORMADAT Krayan.
Saya sangat bangga
dan haru melihat foto itu, bangga melihat anak-anak muda Dayak Lundayeh
memperkenalkan identitas dan adat budayanya, ada haru yang tak padam dari
wajah-wajah putra-putri Dayak Lundayeh. Sayapun membubuhkan komentar, “Baa
doo baku muyuh…” yang artinya jiwa muda-muda semuanya.
Menyusul komentar bapak Yada Serfianus, Ketua Aco Lundayeh ke-2, “Semangat anak adi Lundayeh. Kembangkan kebudayaan Lundayeh. Kalianlah pewaris budaya Lundayeh masa kini dan akan datang.” tulisnya.
Dari semangat
kebersamaan sebagai saudara sekandung Dayak Lundayeh- Lun Bawang yang tersebar
di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Itulah konsep
dasar Aco Lundayeh ke-2 tahun 2021.
Nah, bisa
disaksikan melalui virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan
disiarkan Live Streaming melalui media sosial facebook Persekutuan Dayak
Lundayeh (PDL) Nunukan pada hari Sabtu (17/07/2021).
Kekayaan budaya lokal kita hari ini merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu bangsa. Apa yang dapat kita lakukan? Ya, Dengan merajut kekayaan budaya, kita sebenarnya sedang membangun pondasi yang kuat untuk identitas bangsa kita-- maupun suku kita.
Menghargai budaya lokal dengan tulus memungkinkan kita untuk merawat warisan nenek moyang, melestarikan tradisi unik, dan memperkaya keragaman budaya yang menjadi kekayaan bersama.
Nah, dengan menghargai dan melestarikan budaya lokal, kita tidak hanya memperkokoh jati diri sebagai bangsa, tetapi juga turut memperkaya khazanah budaya dunia. Mari terus lestarikan kekayaan budaya kita dengan cinta dan kebanggaan, karena di situlah letak esensi keberagaman dan keindahan yang memperkaya kehidupan.
Salam
Budaya. Budaya membangun bangsa.
***