Legenda "Si Puteh Derayah Lidung Beneh" di Daerah Long Mutan Krayan Tengah
Leberuh Lidung Beneh, Bang Rueb, Long Mutan (foto:Lianthoni) |
KRAYAN NEWS--Di daerah Long Mutan, Krayan Tengah, terdapat sebuah sungai yang panjang yang mengalir mulai dari hilir Desa Long Padi hingga mencapai Desa Long Mutan. Masyarakat lokal menyebutnya dengan nama sungai Kerayan atau fe' kerayan. Di hilir sungai tersebut, terdapat sebuah tanah yang luas yang dikenal dengan nama "Leberuh Lidung Beneh".
Kisah ini bermula ketika ada seorang pemuda yang tinggal di sana.
Pemuda ini masih muda, bujang, sehat, kuat, dan pemberani. Di sebelah pondoknya
tumbuh pohon-pohon pisang yang lebat. Pisang-pisang tersebut berbuah dengan
baik, namun ada satu tandan pisang yang selalu menghilang, mungkin dimakan oleh
hewan seperti musang.
Sang pemuda merasa ingin
menjaga pisang-pisang tersebut dengan sumpitnya. Setiap siang dan malam, ia
bersiap untuk menjaga pohon pisang tersebut. Dalam hatinya, ia berkata, "Akan
saya jaga pisang ini dengan baik."
Pada suatu hari, ketika fajar mulai menyingsing, muncullah sejumlah gadis-gadis dewa dari dalam sungai tersebut, yang dikenal sebagai "Diwi." Para Diwi ini memiliki kecantikan yang luar biasa, dan darah mengalir dalam tubuh mereka yang tampak begitu putih dan bening.
Mereka naik ke darat dan langsung pergi ke pohon
pisang yang akan masak. Mereka duduk berjejer di daun-daun pisang tersebut,
namun tangkai daun pisang tidak patah. Sang pemuda yang awalnya berniat untuk
menyumpit mereka, mengurungkan niatnya saat melihat kecantikan para Diwi ini.
Dalam hatinya, ia berpikir, "Akan saya tangkap salah satu dari mereka
untuk menjadi istri."
Batu besar di Rueb Beneh, Long Mutan (sumber foto: Henra Firdaus) |
Kemudian, sang pemuda melompat dari pondoknya dan menangkap salah satu gadis Diwi. Mereka berguling-guling sampai ke sungai, dan akhirnya gadis Diwi itu terlepas. Sementara yang lainnya telah menghilang di dalam sungai.
Gadis Diwi yang
tertangkap mencoba menyelam untuk menyelamatkan dirinya, tetapi tidak bisa
karena telah terjamah oleh manusia. Sang pemuda meyakinkannya bahwa ia tidak
akan membahayakan gadis tersebut dan mengajaknya pulang ke pondoknya.
Akhirnya, mereka menikah, dan gadis Diwi tersebut melahirkan seorang anak laki-laki. Beberapa tahun kemudian, sang istri merasa rindu ingin kembali ke dunianya, dan ia meminta suaminya untuk membawa mereka berdua pulang. Sang suami setuju, dan mereka bersiap-siap untuk kembali ke dunianya di bawah sungai. Sebelum berangkat, sang istri memberikan pesan penting kepada suaminya, "Ketika kita tiba di sana, jangan terheran-heran. Jangan menoleh ke kiri atau kanan, dan jangan pernah menengadah ke atas."
Baca juga tulisan lainnya: Masyarakat Adat Di Wilayah Adat Krayan, Dataran Tinggi Borneo
Ketika mereka tiba di dunia
Diwi di bawah sungai, mereka menemukan sebuah istana megah yang luar biasa
mewahnya. Sayangnya, sang suami tidak bisa menahan rasa keheranannya dan
melanggar perintah sang istri dengan menoleh ke kiri dan kanan serta menengadah
ke atas. Akibatnya, mereka berdua terduduk di atas batu di daratan sana, dan
tidak bisa kembali ke dunia mereka di bawah sungai. Mereka menangis dan merasa
sangat sedih, tetapi sudah terlambat.
Dari saat itu, mereka berdua
terpisah selamanya. Sang pemuda ini dikenal dengan nama "Si Puteh Derayah
Lidung Benah." Keturunan mereka yang hidup di dunia manusia pun ada,
meskipun nama mereka tidak disebutkan dalam cerita ini.
Inilah sebuah legenda yang
telah diceritakan turun temurun untuk mengabadikan kisah "Si Puteh
Derayah Lidung Beneh."
**(Yudan Frans Rining)
***
Lubang Batuh |
Peninggalan dan Pembelajaran dari Legenda
"Si Puteh Derayah Lidung Beneh"
Legenda "Si Puteh Derayah Lidung Beneh" mengandung pesan moral dan pelajaran yang dapat diambil oleh kita semua. Cerita ini mengajarkan beberapa nilai penting:
- Kepercayaan dan Pengorbanan: Sang pemuda dalam cerita ini memiliki kepercayaan dan pengorbanan untuk menjaga pohon pisangnya. Ketika ia bertemu dengan para Diwi, ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menyakiti mereka. Pengorbanan dan kepercayaan ini akhirnya membawanya kepada cinta sejati.
- Kepatuhan terhadap Perintah: Sang istri Diwi memberikan perintah yang jelas kepada suaminya ketika mereka kembali ke dunianya. Namun, sang suami melanggar perintah tersebut, yang berakhir dengan kehilangan mereka berdua dari dunia Diwi. Ini mengingatkan kita akan pentingnya mematuhi perintah dan menghormati kesepakatan yang telah dibuat.
- Harga Diri dan Cinta Sejati: Meskipun cerita ini melibatkan unsur-unsur magis, ia menggambarkan bagaimana cinta sejati dapat melampaui batas-batas dunia manusia dan dunia dewa. Sang pemuda dan gadis Diwi menunjukkan kesetiaan dan cinta yang kuat satu sama lain, bahkan ketika mereka terpisah oleh keadaan.
- Kesadaran akan Akibat: Pelanggaran sang suami terhadap perintah sang istri membawa konsekuensi yang tidak terduga. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu memikirkan konsekuensi dari tindakan kita dan mengambil keputusan dengan bijak.
Baca juga tulisan lainnya: Memaknai Kepemimpinan Dan Lun Do’ Bagi Dayak Lundayeh, Sub Lengilo’
Legenda ini juga menjadi bagian dari warisan budaya dan tradisi di daerah Long Mutan, Krayan Tengah, dan menggambarkan hubungan antara dunia manusia dan dunia dewa yang erat. Kisah ini telah diceritakan dari generasi ke generasi sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai kehidupan dan untuk menghormati keturunan "Si Puteh Derayah Lidung Beneh".
Dalam banyak budaya, legenda
dan cerita rakyat seperti ini memiliki peran penting dalam menjaga tradisi dan
membagikan nilai-nilai yang dihormati. Cerita-cerita seperti ini tidak hanya
menghibur, tetapi juga mengajarkan pelajaran yang berharga yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga cerita ini terus diwariskan dan
dihargai oleh generasi-generasi mendatang.