Melangkah dari Perbatasan: Kisah Perjuangan Pemuda Kalimantan Utara dalam Mengejar Pendidikan dan Memberi Dampak Positif
Ilustrasi: Semangat anak-anak perbatasan meraih impian mereka.
KRAYAN NEWS --Dari belantara hutan di Kalimantan Utara hingga Pulau
Jawa, tepatnya Yogyakarta, begitulah perjalanan tekadku untuk melangkah sebagai
bagian dari perjalanan hidupku. Namaku Lio Bijumes, atau biasa dipanggil Lio,
atau Rasat Gituen Buduk Naret, itulah nama panggilanku sebagai seorang manusia
Dayak Lengilo'/Lengilu, Ba' Binuang Krayan Tengah, salah satu suku tertua yang
mendiami dataran tinggi Krayan, atau yang dikenal dengan nama Kalimantan Utara.
Kalimantan Utara, biasa disingkat Kaltara, merupakan termasuk
provinsi termuda di Indonesia, yang resmi disahkan pada tanggal 25 Oktober
2012. Pemekaran provinsi ini dilakukan dari Provinsi Kalimantan Timur. Kaltara
terbagi menjadi lima wilayah administrasi, termasuk satu kota dan empat
kabupaten, yaitu Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
Aku dibesarkan di wilayah terpencil, tepatnya di Ba’
Binuang, Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Di daerah
perbatasan ini, aku menghabiskan masa kecilku. Kalau melihat posisi geografis
Kaltara, tempat ini menjadi perbatasan dengan beberapa wilayah. Sebelah Utara,
berbatasan dengan Sabah, sebuah negara bagian di Malaysia, di Selatan
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur, Di sebelah Barat, berbatasn dengan
Serawak, sebuah negara bagian Malaysia. Di sebelah Timur, dengan Laut Sulawesi.
Dilihat dari letak daerahku, Binuang, Krayan Tengah, jaraknya lebih dekat
dengan Sabah, negara bagian Malaysia.
Masa kecilku dihabiskan di lingkungan masyarakat yang
kaya akan budaya. Salah satu tantangan terbesar saat menempuh pendidikan dasar
adalah keterbatasan yang ku alami. Hidup di pedalaman yang jauh dari akses
perkotaan membuat sulit untuk mendapatkan buku bacaan. Buku adalah barang
langka, dan hanya guru-guru yang memiliki pegangan buku untuk mengajar.
Baca juga artikel lainnya: Masyarakat Adat Di Wilayah Adat Krayan, Dataran Tinggi Borneo
Tidak hanya itu, meskipun pakaianku tidak selengkap teman-temanku, semangatku untuk belajar sangat tinggi. Motivasi untuk terus belajar bukan hanya datang dari diri sendiri, tetapi juga dari pengaruh lingkungan sekitarku, termasuk orang tua, keluarga, dan teman-teman.
Ilustrasi: Ladang manusia Lengilo' di Dataran Tinggi Krayan.
Berladang merupakan tradisi nenek moyang suku Dayak
Lengilo' yang telah diwariskan kepada kami, anak-cucu. Berladang adalah cara
kami mencari rezeki di hutan dan menjadi tempat belajar juga. Dari ladang, aku
turun ke sekolah, menyusuri hutan, melewati sungai Fe' Milau, dan menyeberangi sungai
Kerayan dengan berenang. Ini adalah pengalaman yang biasa bagi kami, anak-anak
pedalaman di masa itu.
Ketika aku memasuki kelas tiga, orang tuaku memutuskan
untuk merantau ke daerah lain. Aku pun ikut bersama mereka, menuju daerah Long
Bawan, Krayan. Di sana, orang tuaku memulai usaha dan pekerjaan baru, dan aku
melanjutkan pendidikan di Long Bawan. Ibuku membuka kantin di rumah, yang
beruntungnya berdekatan dengan sekolah. Pekerjaan pertama ayahku saat itu bekerja
di bagian tata usaha SMA N 1 Krayan.
Di tengah kesibukan, ibu selalu mendampingiku dalam belajar dan mengenalkanku pada nilai-nilai lokal melalui dongeng dan cerita rakyat yang disebut juga folklore. Aku selalu antusias mendengarkannya hingga tertidur.
Cerita Lun Do' dan Nilai-nilai Lokal: Cerita-cerita
itu membawa imajinasi dalam diriku. Salah satu sosok yang masih terpatri dalam
ingatanku adalah tokoh orang Dayak Lengilo', Padan Liu’ Burung. Kisah heroiknya
menjadi teladan bagi orang-orang di kampung. Padan Liu’ Burung adalah sosok
yang memiliki karakter baik dan tulus dalam kepemimpinan. Dalam bahasa Suku
Lengilo', kepemimpinan seperti ini disebut Lun Do', yang berarti baik hati,
tauladan, dan dapat menjadi panutan.
Intinya, melalui legenda tersebut bagi manusia Lengilo',
Lun Do' adalah simbol hati yang baik dan pikiran yang baik, yang selalu peduli
pada orang lain, peka, dan prihatin terhadap penderitaan orang lain. Keinginan
dan kepentingan orang banyak selalu didahulukan daripada kepentingan pribadi.
**
Aku menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah
pertama di Krayan, Long Bawan, Kabupaten Nunukan pada tahun 2012. Namun, belum
ada perguruan tinggi di tempatku, jadi aku harus pergi ke kota untuk
melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Akses darat yang sulit membuatku harus menaiki pesawat
untuk mencapai kota, yang satu-satunya transportasi yang menghubungkan daerahku
dengan perkotaan adalah Pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF). Pesawat ini
mampu terbang di medan berat, seperti pegunungan, dan lepas landas di landasan
pendek. Keberadaan pesawat ini masih sangat penting bagi masyarakat perbatasan,
terutama dalam situasi saat ini, ketika akses darat ke Malaysia ditutup.
Memandang Ba' Binuang dari dalam pesawat.
**
Suatu hari, di Pondok Biru, Batu Ruyud Fe' Milau, Ba'
Binuang, Kalimantan Utara, saya memiliki kesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh
inspiratif seperti Dr. Yansen TP.M.Si, Pak Masri Sareb, Pak Dodi Mawardi, dan
Pak Pepih Nugraha. Bersama mereka, saya merasakan semangat dan wawasan yang
menginspirasi dalam hidup saya. Mereka memberikan pemahaman akan arti hidup
berkualitas dan bagaimana membentuk diri dari berbagai pengalaman. Selain
penampilan fisik, mereka juga menekankan pentingnya memperkaya diri dari dalam.
Dr. Yansen TP, M.Si selalu mengatakan, "Asah dirimu sejak muda melalui pendidikan untuk bekal kompetensimu di masa depan." Bagi saya, kalimat ini memiliki banyak makna yang bisa kita pegang erat sebagai panduan dalam meraih impian.
Misi Literasi dan Semangat Muda
Sampai saat ini, salah satu misi utama dalam hidup saya
adalah meningkatkan literasi. Saya terus membagikan semangat ini kepada
generasi muda di Republik Indonesia, khususnya kepada generasi muda perbatasan
di Kalimantan Utara. Tujuan saya adalah agar generasi muda ini memiliki
semangat untuk bertindak dan tidak hanya bergantung pada orang lain. Mereka
harus memiliki prinsip-prinsip yang kuat, terutama di dunia yang penuh distraksi.
Berprinsip adalah kunci untuk tetap fokus pada tujuan.
Selain itu, kolaborasi dengan mereka yang memiliki visi
yang sama juga sangat penting. Generasi muda harus terus berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Kembali ke Batu Ruyud
Pada akhirnya, saya kembali ke Batu Ruyud. Saya
berkesempatan mengikuti Batu Ruyud Writing Camp I pada 28 Oktober 2022.
Pengalaman ini memompa semangat saya untuk bergabung dan belajar dari para
mentor yang luar biasa yang telah dipersiapkan oleh panitia acara ini di Fe’ Milau,
Ba’ Binuang, Krayan Tengah, Kalimantan Utara.
"Batu Ruyud. Keindahan itu tercipta dan diciptakan. Sekeras apapun BATU, terasa LEMBUT karena KEINDAHAN. Sekeras apapun hati, akan LEMBUT karena INDAHNYA PERILAKU dalam HARMONISASI.” - Kata Dr. Yansen T.P., M.Si
Ilustrasi: Batu Ruyud simbol jejak peradaban masyarakat Lengilo' |
Demikianlah memorable kisah perjalanan hidupku sebagai bagian dari
pemuda perbatasan Utara Indonesia. Semoga goresan singkat ceritaku ini dapat memberikan inspirasi
kepada banyak orang, terutama kepada generasi muda, untuk berani menghadapi
tantangan, terus berusaha untuk meraih pendidikan, dan membangun masa depan
yang lebih baik bagi diri mereka dan komunitas mereka. Semangat terus berkarya
dan berprestasi!
**
Akhirnya, kisah hidup kita dapat menjadi inspirasi bagi banyak
orang, terutama generasi muda. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kita tidak
pernah dan tidak boleh menyerah dalam mengejar pendidikan dan meraih
kesuksesan. Diri kita ini harus mencerminkan semangat dan tekad untuk terus
berkembang, belajar, dan memberikan dampak positif pada komunitasnya.
“Melalui semangat dan tekad, kita semua dapat mengatasi hambatan dalam hidup dan menciptakan perubahan positif bagi diri kita sendiri dan komunitas kita.”
Pendidikan, literasi, dan nilai-nilai lokal yang kita
lalui dan dengar merupakan aset berharga yang harus dipelihara dan dikembangkan
di seluruh Indonesia. Semangat kita dalam berkolaborasi dengan sesama yang
memiliki visi yang sama juga merupakan contoh yang baik bagi generasi muda
untuk bekerja sama demi masa depan yang lebih baik.
Baca juga artikel lainnya: Adan, Padi Unggulan Krayan Yang Tidak Bisa Berbuah Baik Di Tempat Lain
Cerita perjalanan hidup saya ini, sekiranya dapat mengingatkan
kita semua akan pentingnya pendidikan, semangat pantang menyerah, dan
nilai-nilai kebaikan dalam memimpin dan berinteraksi dengan sesama. Semoga
kisah ini terus menginspirasi banyak orang dan menjadi teladan dalam menghadapi
setiap rintangan dalam hidup.
Salam dari saya, gema pemuda perbatasan Utara Indonesia,
untuk semua sahabat semangat muda.
***