Nated Biung: Adat Pengantin Baru Manusia Krayan


Nated Biung: Adat orang Krayan, perbatasan Dataran Tinggi Borneo.


KRAYAN NEWS : Lun Dayeh dan Lunbawang, baik di Indonesia (Kalimantan Utara), Sarawak, maupun Brunei diakui satu asal yakni dari Dataran Tinggi Borneo. Asal mula dan nenek moyang mereka itu satu dan sama. 

Secara harfiah, Nated Biung  adalah membawa perlengkapan rumah tangga dalam rangkaian pesta perkawinan. Intensinya adalah agar si pengantin baru bisa mulai hidup dengan alat dan perlengkapan itu. Suatu adat budaya yang kaya. Selain sarat dengan makna simbol.

Baca Masyarakat Adat Di Wilayah Adat Krayan, Dataran Tinggi Borneo

Menurut alam pemikiran manusia Krayan, begitu mengikat diri dalam rumah tangga, maka sepasang suami-isteri harus bisa mandiri, lepas dari bantuan siapa pun juga, terutama dari orang tua. 

Kesamaan bahasa, budaya, adat dan wilayah menjadi pengikat suatu kaum, sesuai teori integrasi sosial.

Akan tetapi, untuk memulai hidup baru, tentu diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain berbagai keperluan rumah tangga dan alat-alat bekerja untuk sebagai sumber mata pencaharian.

Kadang juga disebut: Areb.Nilai-nilai budaya dan tradisi nenek moyang manusia penghuni Sungai Krayan zaman dahulu kala, hingga kini masih lestari. Hal itu terlihat manakala pengantin baru akan memulai kehidupan baru. Logikanya, siapa saja yang akan membangun rumah tangga, akan serba baru, dan untuk itu diperlukan modal yang tidak sedikit di dalam persiapan membentuk rumah tangga baru.

Belum bicara soal rumah tinggal, sebab pada zaman dahulu kala, sebuah keluarga baru dapat “menyambung” membangun rumah baru dari rumah orang tua kandung atau dari mertua. 

Akan tetapi, untuk memenuhi  peralatan hidup sehari-hari, seperti: periuk, kuali, ceret, piring, mangkok, gelas, sendok, bakul, nampan, tikar, ember, parang, kapak, dan sebagainya; semua itu memerlukan biaya.

Adalah tradisi di kalangan orang Krayan bahwa warga melakukan areb pada sepasang pengantin baru. Yakni masing-masing orang yang seusai upacara pengantin, membawa perlengkapan rumah tangga sebisa dan seikhlas mungkin. Bayangkan saja, ratusan orang yang datang, sebanyak itu pula alat-alat keperlua rumah tanga tersedia bagi pengantin baru. 

Tradisinya adalah setelah memberi ucapan selamat kepada pengantin baru, barang-barang bawaan tadi ditunjukkan, kemudian diserahkan. Semua barang yang diserahkan, dikumpulkan di tengah-tengah ruangan sesuai dengan jenisnya. 

Adat budaya dan tradisi ini berlaku di seluruh wilayah Krayan, Tataran Tinggi Borneo. Pada waktu ini menakup kecamatan Krayan, Krayan Barat, Krayan Tengah, Krayan Timur, dan Krayan Selatan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. 

Baca Memaknai Kepemimpinan Dan Lun Do’ Bagi Dayak Lundayeh, Sub Lengilo’

Hal yang unik dari adat tradisi ini adalah bahwa tikar dikumpulkan sama tikar, mangkok sama mangkok, bakul sama bakul, piring sama piring, dan seterusya. Sedemikian rupa, sehingga tumpukan barang-barang hasil areb tadi tampak bagaikan barang di pasar.

  • Berbagai alat rumah tangga, bekal hidup pengantin baru.

Hal yang mengagumkan, adat tradisi baik ini masih berlaku hingga hari ini di bumi Krayan. 

Baca Krayan : Pesona Alam Dan Kemuliaan Manusia Lun Dayeh

Benarlah bahwa kesamaan bahasa, budaya, adat dan wilayah menjadi pengikat suatu kaum, sesuai teori integrasi sosial.(*)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url