Luba' Ngeloko' - Makan Bersama yang Mempersatukan Masyarakat Di Dataran Tinggi Krayan


Hari Pertanian Organik Krayan Tengah Ke-6


KRAYAN NEWS - Luba' Ngeloko' adalah sebuah acara kebersamaan yang diadakan oleh masyarakat di dataran tinggi Krayan, Suku Dayak Lundayeh, Sub etnis Lengilo' untuk mengolah hasil pertanian dan perkebunan menjadi hidangan yang akan dinikmati bersama. Selain sebagai acara kebersamaan, Luba' Ngeloko' juga bisa dijadikan sebagai bentuk pentas kearifan lokal untuk merayakan kebaikan Tuhan yang menciptakan bumi dan segala isinya.

Dengan cara ini, masyarakat Dayak Lengilo' merasa senang dan bahagia karena merasa saling membantu dalam proses menanam hingga memanen hasil pertanian.

Hari Pertanian Organik (HPO) Krayan Tengah Ke-6

Pagi tiba di Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Semangat membara terasa di acara Hari Pertanian Organik (HPO) Krayan Tengah Ke-6 di Binuang. Saat saya berbincang-bincang pagi dengan Wagub Kaltara, Dr. Yansen TP.,M.Si, saya mendengar pernyataan menarik dari beliau: "Betapa tingginya nilai menghayati orang tua." Pernyataan ini menginspirasi saya untuk merenungkan nilai-nilai budaya tradisional yang masih berlangsung di masyarakat Adat di wilayah Krayan Tengah, khususnya kegiatan "Luba' Ngeloko'" yang diadakan setelah panen padi.


Luba' Ngeleko masyarakat Krayan Tengah

Salah satu ciri khas dari Luba' Ngeloko' adalah nasi yang dimasak dari beras dan dibungkus dengan daun bahasa Dayak Lengilo' yang disebut "daon tep". Ukuran bungkusan nasi ini biasanya sebesar paha orang dewasa.

Meski terlihat seperti acara biasa yang hanya mengumpulkan orang untuk bersenang-senang, Luba' Ngeloko' pada dasarnya memiliki filosofi yang lebih dalam. Acara ini bertujuan untuk memperkuat hubungan gotong royong antar masyarakat setempat dan menjaga kebersamaan yang sudah terjalin turun-temurun. 

Kegiatan budaya "Luba' Ngeloko'" atau makan bersama ini telah diwariskan dari leluhur dan menjadi acara tahunan yang masih dilestarikan oleh generasi penerus hingga hari ini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keaslian budaya dan cara penyajiannya.

Bagi masyarakat Lengilo' di Dataran Tinggi Borneo, "Luba' Ngeloko'" adalah kegiatan makan bersama dari semua hasil bumi yang dihasilkan oleh petani dan pekebun. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh kelompok kecil hingga kelompok besar.

Masih ingat di ingatan saya, pada tahun 2022, kegiatan "Luba' Ngeloko'" dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Pertanian Organik (HPO) Krayan Tengah Ke-6 di Binuang pada tanggal 9 Maret. Sebelas desa yang ada di Kecamatan Krayan Tengah ikut terlibat dalam persiapan kegiatan makan bersama dengan menyajikan buah-buahan lokal seperti durian, maritam, buah mata kucing, dan buah lokal lainnya yang menjadi kekayaan alam di Dataran Tinggi Borneo. Semua yang disajikan gratis, tanpa dipungut biaya oleh penyelenggara atau panitia.

Meskipun gerak masyarakat saat itu dibatasi karena pandemi Covid-19, mereka tetap berusaha menyajikan yang terbaik bagi orang yang hadir dalam acara "Luba' Ngeloko'". Bagi Anda yang ingin merasakan sensasi kegiatan ini, acara rutin dilaksanakan setiap tanggal 9 Maret. Apresiasi pemerintah yang hadir pada acara tersebut juga patut diapresiasi.

Acara "Luba' Ngeloko'" merupakan salah satu kegiatan budaya yang sangat populer di Krayan Tengah, Kalimantan Utara. Acara ini diadakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Dayak Lundayeh, Sub Etnis Lengilo' kepada masyarakat luas.

Meskipun pandemi Covid-19 masih melanda saat itu, masyarakat tetap berusaha menjalankan tradisi ini dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Mereka tetap bersemangat dalam menyajikan tarian dan musik tradisional yang indah dari bambu, serta hidangan lezat khas masyarakat Lengilo' di Kecamatan, Krayan Tengah.

Tidak hanya masyarakat biasa, apresiasi dari pemerintah juga sangat penting dalam memperkuat keberlangsungan acara ini. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan acara "Luba' Ngeloko'" dapat terus dilaksanakan dan menjadi bagian dari warisan budaya yang dilestarikan untuk generasi selanjutnya.

***

Penulis : Diono Daud (Sekretaris Adat Besar Krayan Tengah)



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url